12 Februari 2023

Tegas! Dave Laksono: Pertemuan Dengan Parpol Lain Tak Ubah Keputusan Partai Golkar Capreskan Airlangga Hartarto

Berita Golkar - Wacana kemungkinan meleburnya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) untuk Pilpres 2024 mencuat. Jika ini terjadi, maka ada lima partai Senayan di dalam satu poros besar. Yakni, Golkar, PAN, PPP, Gerindra Dan PKB. Lalu, siapa capresnya?

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Dave Akbarshah Fikarno mengatakan, tidak menutup kemungkinan terjadinya merger antara KIB dan KIR.

Selain situasi politik yang sangat cair, KIB yang digagas Golkar, PAN dan PPP ini juga sangat terbuka dalam semangat membangun bangsa.

Namun, putra mantan Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono ini memastikan, par­tainya tetap konsisten mencap­reskan Ketua Umum Airlangga Hartarto. Tak peduli, koalisi menjadi gemuk. Sebab, hal ini amanah partai.

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 5,31 Persen, Puteri Komarudin Apresiasi Kinerja Airlangga Hartarto Pulihkan Ekonomi Nasional

“Dalam politik, komunikasi wajib terus dijalankan. Namun, prinsip kami jelas. Airlangga Hartarto Capres Golkar,” ujar Dave, kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), kemarin.

Menurut Dave, jika merger terjadi, akan ada banyak tokoh menonjol yang muncul di bursa Pilpres. Misalnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Intinya, kata Dave, pertemuan Airlangga dengan Cak Imin yang menjadi latar belakang munculnya wacana merger KIB dan KIR, merupakan bagian dari komunikasi politik yang dijalankan Partai Golkar. Soal ko­alisi, pihaknya tetap komitmenberada dalam KIB.

“Ini tidak mengubah sikap politik ataupun posisi partai dalam KIB. Di KIB juga sangat terbuka kepada siapapun yang ingin bergabung,” katanya.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Targetkan Golkar Raih 150 Kursi Legislatif di Maluku dan Maluku Utara

Hal senada disampaikan Ketua DPP PKB Daniel Johan. Analoginya, semakin besar koalisi, maka peluang menang se­makin besar. Namun, pihaknya tidak ingin berandai-andai ten­tang komposisi capres atau cawapresnya.

Intinya, pertemuan Airlangga-Cak Imin itu bagian dari komu­nikasi politik. Tidak menutup kemungkinan untuk mengajak bekerja sama untuk kepentingan bangsa ke depan.

Saling menawarkanlah. Tetapi kita saling memahami, masing-masing koalisi punya agenda strategi masing-masing,” ujar Daniel.

Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Rahardjo Jati menganalisa, wacana merger KIB dan KIR tidak bisa dilihat sebelah mata. Menilik komposisi lima partai Senayan di dalamnya, sontak menjadikan poros ini menjadi kekuatan besar. “Saya pikir jika KIB dan KIR bergabung, tentu akan menjadi koalisi super,” ujar Wasisto.

Baca Juga: Hetifah Dorong Sinergi Antar OPD Guna Selesaikan Masalah Kepemudaan di DIY

Analoginya, meleburnya KIB dan KIR dipastikan menjadi la­wan kuat partai penguasa, PDIP. Sebab, hanya partai berlogo banteng moncong putihlah yang bisa sendirian mengajukan nama capres-cawapres, tanpa koalisi. Seandainya partai pemenang Pemilu 2019 itu tetap maju sendirian, akan kesulitan mengha­dapi poros lima partai.

“KIB dan KIR berpotensi men­jadi rival tangguh bagi PDIP di pemilu mendatang,” tegas Wasis. Dari sisi peluang, Wasis me­nilai ada kemungkinan KIR dan KIB melebur menjadi satu. Namun, kedua poros koalisi ini perlu capres yang memiliki popularitas bagus. Dengan demikian, parpol yang tergabung dalam dua poros tersebut akan menjadi solid.

“Peluang (bergabung) tersebut sebenarnya besar. Jika didukung pula calon dengan popularitas besar,” kata Wasis. Pun, lima partai ini memiliki banyak tokoh berkualitas yang bisa dimajukan. Misalnya, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Zulkifili Hasan. Belum lagi Sandiaga Uno, Erick Thohir yang sangat mungkin bisa masuk ke dalam koalisi tersebut.

Baca Juga: Rakornis Maluku dan Maluku Utara, Airlangga Hartarto: Partai Golkar Wajib Menang dan Terus Dalam Pemerintahan

“Saya pikir ada banyak nama besar di koalisi tersebut, yang sepertinya tidak tersentral ke sa­tu tokoh tertentu,” pungkasnya.

Sebelumnya, pertemuan Airlangga dan Cak Imin di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (10/2), berbuah wacana meleburnya KIB dan KIR menuju Pilpres 2024. Representasi KIB terwakili dengan Airlangga, dan KIR melalui Cak Imin.

“Dua-duanya mengajak. Jadi kalau dua-duanya bergabung, lebih kuat lebih baik. Dalam politik tidak ada yang tidak bisa dibicarakan,” kelakar Airlangga.

Siratan politis terus dimun­culkan Airlangga. Analoginya, pertemuan kala itu sekadar jalan santai, karena dilakoni di pagi hari di tempat terbuka. Namun, pertemuan tersebut memiliki semangat agar selamat sampai tujuan. (sumber)

 

fokus berita : #Dave Laksono