Meutya Hafid: Sayap Baru Tanah Air, Buah Diplomasi Soekarno-Jokowi
09 Maret 2023

Berita Golkar - Tidak pernah terbayangkan oleh saya di tahun 2004 saat liputan khusus Tsunami di Aceh, harus naik satu pesawat yang berukuran besar dan memuat tidak hanya orang tetapi juga banyak bantuan kemanusiaan. Sebuah pesawat terbesar Indonesia yang dikenal oleh banyak orang dengan nama Hercules.
Pesawat serbaguna ini hampir selalu berada di berbagai kondisi kejadian baik kejadian bencana alam, bantuan kemanusiaan ke luar negeri dan pastinya operasi militer yang dilakukan oleh TNI.
Hari ini, 8 Maret 2023, keluarga TNI dan seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan 1 anggota baru, karena secara resmi pesawat C-130J Super Hercules kita terima dan akan dimanfaatkan untuk kepentingan Indonesia baik untuk misi operasi militer, bantuan kemanusiaan bagi korban bencana alam, ataupun tugas lain yang tentunya berguna bagi Indonesia.
Baca Juga: Airlangga Hartarto Pastikan Peluang RI Terkena Resesi Hanya 3%
Masyarakat Indonesia patut berbangga karena Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang menggunakan pesawat besar ini.
Kedatangan 1 Pesawat Super Hercules C-130J hari ini merupakan rangkaian dari 5 pesawat Super Hercules yang akan datang hingga awal tahun 2024. Bersama pemerintah khususnya Kementerian Pertahanan RI dengan Komisi 1 DPR RI terus berupaya memperbaharui Alutsista TNI dalam rangka mencapai Perisai Trisula Nusantara 25 tahun.
Kemampuan Super Hercules ini sangat jauh berbeda dibandingkan pendahulunya C-130, C-130B, C-130H, dan C-130MP yang dimiliki Indonesia. Dengan teknologi tercanggih, biaya operasi dan dukungan lebih efisien, daya jelajah yang lebih tinggi, sistem penanganan kargo, dan perlindungan cuaca ekstrim, saya yakin Super Hercules baru yang dimiliki TNI akan meningkatkan transfer teknologi bagi industri pertahanan dan menorehkan sejarah baru bagi dirgantara Indonesia.
Baca Juga: Raski Mokodompit Ungkap Rencana Tetty Paruntu Rotasi AKD DPRD Sulawesi Utara
Hasil Diplomasi
Kedatangan pesawat Super Hercules ini berbeda dari pesawat Hercules sebelumnya yang penuh dengan kisah sejarah. Di awal tahun 1960-an, Indonesia merupakan negara pertama diluar Amerika Serkat yang mengoperasikan Hercules C-130B. Tentunya hal ini tidak lepas dari diplomasi yang dilakukan oleh Soekarno.
Soekarno memberikan pengampunan terhadap Allen Pope (pilot Central Intelligence Agency-CIA, asal Amerika Serikat), dengan sebagai gantinya Indonesia mendapatkan tidak hanya 10 pesawat Hercules tetapi juga pembangunan jalan 27 km by-pass di Jakarta.
Namun demikian dalam perjalanannya, kesulitan pemenuhan suku cadang pesawat Hercules sempat dialami, karena sejak tahun 1999-2005, pemerintah Amerika Serikat melakukan embargo militer yang membuat Indonesia sempat berpaling ke Rusia untuk pengadaan pesawat tempur. Sempat tahun 2013, Indonesia mendapatkan hibah Pesawat Hercules bekas dari Australia.
Baca Juga: Solusi Jitu, Maman Abdurrahman Dukung Pembuatan Zona Penyangga Hijau dan Biru di Depo Plumpang
Namun kali ini, hari ini, Presiden Joko Widodo membeli pesawat Super Hercules C-130J baru, bukan hanya untuk hari ini tetapi untuk masa depan. Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan akan Pesawat dengan daya angkut besar sangatlah penting, terlebih Indonesia beberapa kali mengalami bencana alam dan mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Kedatangan Super Hercules hari ini bukan berarti Indonesia mendekat ke Amerika Serikat, tetapi alasan utama yaitu terus melakukan diversifikasi terhadap alutsistanya.
Harapan
Kedatangan 1 pesawat Super Hercules belum akan memberikan ‘detterent effect’ bagi pertahanan di kawasan. Bahkan 5 pesawat Super Hercules pun belum tentu akan berdampak signifikan bagi pertahanan Indonesia menghadapi ancaman dari luar negeri.
Baca Juga: Partai Golkar Kalbar Salurkan Ratusan Paket Sembako Untuk Warga Korban Banjir di Desa Lumbang
Namun demikian di tingkat domestik, kedatangan Super Hercules berdampak signifikan pada kebutuhan di tanah air, seperti kebutuhan akan pengiriman bantuan kemanusiaan, evakuasi, hingga pengiriman bantuan ke luar negeri seperti yang dilakukan oleh Indonesia bagi korban gempa di Turki.
Berbagai alutsista baru akan datang, namun penting bagi semua untuk menyadari bahwa kedatangan alutsista harus sesuai dengan tujuan utama Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945; melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. (sumber)
Oleh: Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR RI
fokus berita : #Meutya Hafid